Kegagalan bulutangkis Indonesia mempertahankan medali di Asian Games 2023 mendesak seluruh pihak terkait agar intropeksi diri. Terlebih di depan mata akan ada Olimpiade Paris.
Tim bulutangkis Indonesia di Asian Games edisi ke-19, mencatatkan rekor terburuknya. Untuk pertama kalinya sejak cabang bulutangkis dipertandingkan di Asian Games pada 1962, organisasi bulutangkis nasional yang dipimpin Agung Firman Sampurna, gagal membawa pulang medali.
Padahal, cabang olahraga bulutangkis sejak awal percaya diri mampu merebut tiga medali emas, dari ganda putra, tunggal putra, serta beregu putra. Tapi semua itu tak mampu diwujudkan di Hangzhou.
Dari ketiga nomor tersebut seluruhnya terhenti di babak perempatfinal. Padahal, bulutangkis tercatat sebagai cabang nyaris tak pernah absen menyumbang medali bagi Indonesia di multievent Asian Games.
Dimulai nomor beregu putra lajunya dihentikan Korea Selatan 1-3. Sedangkan di nomor perorangan, tiga wakil yang lolos di babak delapan besar, yakni ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, serta tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung tak mampu melangkah ke fase berikutnya.
Fajar/Rian yang merupakan unggulan pertama serta pasangan nomor satu dunia disingkirkan ganda Taiwan Lee Yang/Wang Chi Lin 19-21 dan 18-21.
Anthony Ginting menyusul kegagalan ganda putra ke babak semifinal setelah kalah 13-21, 17-21 dari Li Shifeng. Lalu Gregoria terhenti di perempatfinal Asian Games setelah kalah 10-21, 19-21 dari Aya Ohori.
Baca juga: Alwi Juara Dunia Junior, Oase di Tengah Muramnya Prestasi Senior |
Legenda hidup bulutangkis Liem Swie King mengaku sedih dengan kemerosotan prestasi bulutangkis Indonesia di Asian Games.
Tunggal putra Indonesia yang pernah menyumbangkan medali emas Asian Games 1978 itu pun meminta seluruh pihak untuk intropeksi diri.
“Iya sedih…..tapi itu tugas semua nya, dari pemain, pelatih dan pengurus harus bekerja sama mengatasinya,” kata Liem Swie King kepada detikSport, Senin (9/10/2023).
“Ya kita harus instrospeksi apa kekurangan kita,” tuturnya.
Menurutnya, hal yang menjadi pembeda atlet-atlet pada zamannya dan sekarang ialah mental dan fisiknya.
Meski begitu, Liem yang juga pernah memperkuat Indonesia merebut Piala Thomas pada 1976, 1979, dan 1984 ini, tetap berkeyakinan bulutangkis Indonesia masih memiliki kesempatan untuk berbenah dan memperbaiki diri.
Peluang itu masih ada sebelum Olimpiade Paris, yang akan dimulai 26 Juli sampai 11 Agustus 2024. “Saya tetap optimistis. Tapi kembali lagi, ini tugas semuanya untuk membenahinya,” Liem menandaskan.
Baca juga: Indonesia Gagal Capai Target di Asian Games 2023, Bagaimana Nasib Bonus? |